86-Eighty-Six – Bunga Pun Bisa Tumbuh di Medan Perang

Republik San Magnolia telah berperang lama dengan Kekaisaran Giadian. Pihak kekaisaran menggunakan robot yang disebut sebagai Legion. Sedangkan republik memilih bertahan dibalik benteng Gran Mur ditambah mesin yang disebut Juggernaut.

Pemerintah memberitakan berkat kecanggihan Juggernaut, tidak ada korban jiwa di pihak republik. Juggernaut diklaim beroperasi tanpa awak. Sang karakter utama, Vladilena Mirizé mengetahui sebagian fakta yang terjadi.

Lena yang kini berpangkat major mendapat tugas sebagai Handler. Tugas ini mirip kapten yang mengatur Processcor di Juggernaut saat berperang melawan Legion. Processor adalah sebutan manusia yang menjadi pilot Juggernaut.

Republik memang telah melakukan kebohongan besar. Para pilot Juggernaut diambil dari warga distrik 86. Sebetulnya wilayah ini masih dihuni para warga pendatang yang beda ras dengan warga asli republik. Entah kenapa kaum Alba kini begitu merendahkan ras lain.

Tapi tidak semua Alba bersikap diskriminatif. Lena masih percaya warga 86 juga perlu diperhatikan republik. Untuk saat ini dia belum memiliki kekuatan untuk mengubah kebijakan negara. Namun langkah kecil tetap dia lakukan.

Lena berusaha sebaik mungkin menjalin hubungan dengan tim barunya Spearhead sebagai Handler. Pelan tapi pasti dia mulai dekat dengan komandan lapangan Spearhead, Shinei Nouzen atau biasa dijuluki sebagai Undertaker.

Bila dideskripsikan secara singkat, 86 adalah kisah perjuangan hidup di tengah medan perang. Kisah para anggota Spearhead yang berjuang demi bisa melihat mentari esok hari.

Cerita memang berlangsung lambat. Penonton awalnya tidak tahu apa-apa tentunya bakal susah bersimpati dengan para tokoh di 86. Namun sedikit demi sedikit dibuka kebobrokan Republik San Magnolia dan beberapa warga yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah.

Untuk urusan pertempuran Juggernaut melawan Legion tidak terlalu spesial. Animasi CG yang digunakan tergolong bagus. Desain unit perang memang tidak biasa. Apalagi Juggernaut secara teknis adalah barang rongsokan bila dibandingkan dengan Legion.

Di seri ini tidak hanya pertempuran tank berkaki laba-laba saja, tapi juga hubungan interpersonal yang dibangun antara Handler Lena dengan anggota Spearhead. Mungkin tidak semua penonton suka dengan banyaknya komunikasi LDR menggunakan Para-RAID. Namun komunikasi ini justru adalah daya tarik utama di serial 86. Bila penonton gagal pada tahap ini, maka episode selanjutnya bakal terasa membosankan.

Hal lain yang patut diacungi jempol adalah arahan sutradara debut Toshimasa Ishii. Dia sebelum proyek ini lebih sering kebagian tugas sebagai episode director. Dari berbagai keputusan pengambilan sudut pandang kamera maupun pemilihan skenario yang masuk dalam media anime, bisa diperkirakan Toshimasa Ishii sangat memahami materi LN 86 dan peduli dengan kualitas garapan. Bila kalian sangat berminat pada fotografi maupun sinematografi, banyak yang bisa dipelajari dari seri 86. Karena secara kualitas berbagai pilihan sudut kamera di seri ini sudah setara dengan estetika film yang layak tayang di bioskop.

Raiden, Anju, Kurena, Theoto, Lena dan Shin

Format episode di 86 juga cukup unik karena tidak banyak seri lain yang melakukan. Mereka menggunakan dua perspektif berbeda pada bagian A dan B. Akan lebih mudah memahami bila kalian menonton langsung.

Keberadaan Hiroyuki Sawano yang mengerjakan berbagai lagu sisipan ditambah lagu penutup juga menjadi daya tarik lain. Sudah bukan rahasia, komposer yang satu ini mampu menghasilkan melodi yang berhasil menggugah emosi. Apalagi di salah satu episode berhasil membuat saya berkaca-kaca karena adegan dan musik sisipan yang digunakan sangat serasi.

Bila kalian yang suka dengan kisah hubungan interpersonal ditambah perjuangan hidup, 86 tidak boleh dilewatkan. Nantinya seri ini bakal makin mengarah ke romansa dengan latar medan perang. Cour kedua direncanakan tayang Oktober 2021.