Analisis: Netflix Mengacaukan Dan Menolong Industri Anime
Sebelumnya dilaporkan bahwa Netflix tengah menyiapkan dana segar sebesar 8 miliar US Dollar untuk mengenjot konten original dalam layanan streaming eksklusifnya. Sebagian besar dari 8 miliar tersebut akan disiapkan untuk memproduksi anime.
Jurnalis The Hollywood Reporter, Gavin J. Blair, dalam fiturnya menuliskan bahwa ekspansi Netflix ke industri anime merupakan langkah untuk meningkatkan harkat-martabat para pekerja industri. Namun dalam prosesnya, justru hal yang dilakukan Netflix mendobrak segala sistem dan birokrasi yang menopang industri anime sejak lama. “30 judul anime yang tengah diproduksi Netflix mengguncang industri, mengubah model bisnis, dan memberikan kontrol kreatif yang lebih besar kepada animator,” tulisnya.
Berbagai film anime kelas feature seperti film-film Ghibli memang menjadi anime garis depan untuk memperkenalkan kehebatan animasi Jepang kepada khalayak internasional. Namun agar konten-konten seperti ini bisa terus lahir, anime TV menjadi tulang punggung yang mampu menghasilkan keuntungan 10 kali lebih besar, mencapai 5 miliar US Dollar.
Model bisnis anime terdiri dari kongsi beberapa perusahaan dalam sebuah komite produksi yang mengatur ke arah mana anime akan diproduksi. Setelah produksi selesai, komite ini dibubarkan begitu saja. Keuntungan anime TV tidak datang dari anime itu sendiri, namun berasal dari penjualan DVD/Bluray, musik, serta merchandise. Iklan juga memiliki andil yang cukup penting.
Industri anime cenderung memiliki mindset nasional, dimana apa yang disiarkan dan dipasarkan akan tetap menetap di Jepang. Pemasaran dan penayangan di luar negeri hanya dianggap sebagai pemasukan tambahan. Namun dengan masuknya Netflix ke Jepang, nampaknya akan terjadi sebuah pergolakan dalam struktur industri anime. Dengan masuknya dana segar untuk memproduksi sekitar 30 judul anime original, studio anime bisa bernafas lega. Budget yang dialokasikan per judul tidak diketahui, namun bisa dipastikan jumlahnya jauh lebih besar dibanding standar budget anime rata-rata.
Apa untungnya bagi studio anime? Sudah bukan rahasia bahwa bekerja dalam industri anime bukanlah sebuah perkara sederhana, apalagi santai. Beberapa studio dilabeli sebagai black company karena memberikan gaji rendah dan tidak seimbang dengan beban kerja animator.
“Akhir-akhir ini media sering mengkritik industri anime terkait situasi kerja. Berbagai stasiun TV melaporkan hal tersebut, namun mereka sendiri punya andil dalam masalah ini,” tutur Joseph Chou, direktur studio Sola Digital Arts dan produser untuk anime Saint Seiya produksi Toei di Netflix. “Netflix datang dan mengembalikan industri ke model bisnis yang lebih waras. Alih-alih memprakirakan kerugian 5%, kita melihat margin keuntungan mungkin sekitar 15%.”
Berbicara soal kompetitor, Chou menyebutkan bahwa saat ini Netflix adalah yang terbesar. “Ada Netflix, Amazon, Crunchyroll, dan Apple Studio yang sedang membicarakan banyak hal, serta kabar kalau ada satu pemain lagi yang hendak terlibat. Semuanya menyebar untuk membicarakan kemungkinan kerja sama, namun Netflix adalah yang paling agresif,” jelasnya.
Selain Toei, TMS Entertainment juga bekerja sama dengan Netflix untuk menyiarkan anime mereka di layanan streaming tersebut. Saat ini mereka juga menyiapkan anime Baki di bulan Januari 2018. Tayang mulai musim panas 2018, anime Baki akan tayang lebih dulu di Netflix Jepang sepanjang 26 episode, untuk kemudian ditayangkan ulang di TV lokal dan rilis sekaligus di Netflix global.
“Netflix memproduksi versi dubbing dalam beberapa bahasa serta subtitle dalam lebih dari 20 bahasa; dengan merilisnya di lebih dari 200 negara, yang mana kami tak bisa melakukannya,” tutur wakil direktur bagian distribusi dan lisensi TMS Entertainment, Yoshikawa Kotaro.
Dengan Netflix memberikan dana dan proyek langsung kepada studio, peran komite produksi anime benar-benar dieliminasi. Komite produksi biasanya beranggotakan 5-15 perusahaan yang saling berbagi keuntungan dan kerugian. Agensi iklan, stasiun TV, hingga koran bisa menjadi bagian dari komite produksi. Kekurangan dari model bisnis ini adalah proses kerja dan pengambilan keputusan yang lambat. Mengambil risiko tidak dianjurkan karena kecil kemungkinan semua anggota komite menyetujuinya.
“Tidak ada campur tangan stasiun TV yang memberitahukan apa saja yang pantas untuk ditayangkan,” tambah Yoshikawa. “Walaupun demikian kami mungkin tetap akan melakukan sensor untuk versi TV, misalnya mengurangi jumlah darah.”
Pendapat lain datang dari Hara Keiichi, sutradara film Miss Hokusai. Ia mengaku mempertimbangkan tawaran dari Netflix, namun dengan beberapa catatan. “Saya bekerja dalam karya komersil, sehingga saya mendapatkan arahan dari pihak lain seperti stasiun TV, tentang cerita dan lain sebagainya. Semasa muda saya biasanya akan marah jika hal itu terjadi. Namun mencari jalan tengah untuk membuat semua pihak bahagia justru menghasilkan banyak ide menarik,” jelasnya. “Tekanan seperti itu justru membantu proses kreatif dalam berbagai jalan.”
Dengan membanjirnya pesanan anime dari Netflix serta beberapa pihak dari Tiongkok, harapannya para animator dapat terus berkarya tanpa beban. “Ini bukan sebuah tren atau apapun, tapi hampir seluruh studio anime telah dibooking hingga tahun 2020,” pungkas Chou. Apapun itu, akan tiba masanya kita bisa Netflix And Chill sambil nonton anime. Ah, nyamannya…
Sauce