Kenapa Komik Amerika Sekarat?
Baru-baru ini akun Twitter Gerry Conway mengkritisi manga yang dia anggap terlalu mengumbar sexism. Gerry ini seorang komikus asal Amerika. Tentu saja komentar asal omdo (omong doang) ini berimbas pada balasan cuitan dari penggemar anime manga.
Sejumlah tangkapan layar untuk arsip andai dia memilih menghapus cuitannya.
Kalian bisa langsung menuju Twitter yang bersangkutan untuk mengetahui apa saja karya Gerry sekaligus membaca balasan.
Tulisan ini akan merangkum serangkaian pendapat yang dilontarkan para penggemar anime manga tentang komik Amerika yang digerus manga.
Reboot dan Remake
Seperti yang kalian tahu komik dari penerbit besar seperti Marvel dan DC gemar melakukan reboot maupun remake. Banyak komik tersebut aslinya berasal dari era Perang Dunia maupun usai perang. Ditulis ulang berkali-kali sehingga menghasilkan sejumlah versi canon yang akhirnya dijadikan kisah alternate universe. Pembaca muda yang lahir usai tahun 2000 tentunya bakal kebingungan versi mana yang sejati. Contoh untuk kisah Batman saja kronologi kontinuitas-nya seperti ini. Tentunya mereka yang masih baru tidak mungkin membeli lalu membaca edisi klasik yang terbit pada era 50an. Tapi setelah tahun 2000 pun ada judul komik Amerika yang menyajikan dua kisah berbeda dengan karakter yang sama.
Lalu bandingkan dengan manga. Misalnya ingin membaca Inuyasha, pembaca tidak perlu membaca karya Rumiko Takahashi sebelumnya seperti Ranma 1/2 maupun Lum Invader. Karena masing-masing berdiri sendiri. Seringnya banyak judul anime manga memiliki akhir. Bukan berarti di anime manga tidak ada reboot maupun remake. Hanya saja jumlahnya saat ini sedikit.
Variasi yang Mati
Akibat terlalu sering reboot dan remake, variasi komik Amerika sangat terbatas pada jenis super hero bertopeng. Penerbit besar memilih main aman dengan jenis yang dianggap menjual. Sayangnya pembaca yang sudah pernah menikmati anime manga tentunya tahu variasinya jauh lebih besar. Ada kisah yang super santai hanya kegiatan memancing. Ada juga kisah mengendarai tank. Maupun kisah menjadi raja iblis yang kejam. Di luar empat target demografi utama, juga banyak seri yang dibatasi untuk penikmat dewasa (R18). Konsumen yang menikmati kisah dewasa dan seksi pastinya juga ada. Dengan kata lain setiap judul seri anime manga menyasar target yang pasti daripada satu judul berusaha memuaskan semua pihak.
Sebetulnya dari penerbit kecil sudah berusaha menyajikan hal yang berbeda dari kumpulan super hero. Tapi secara kualitas cerita maupun gambar sulit bersaing dengan manga.
Kisah Diganggu Propaganda
Dari yang disampaikan melalui cuitan, kisah komik Amerika saat ini terlalu berbau politis. Kadang memasukkan unsur LGBT yang tampak tidak masuk akal di kisah super hero. Para kreator komik juga terlalu mendengarkan keinginan SJW (social justice warrior) untuk menegakkan nilai moral. Padahal mereka belum tentu bakal membeli komik dan jumlahnya sangat sedikit. Hanya “suaranya” yang keras. Sehingga membaca komik kini sudah tidak memberikan hiburan bagi pembaca baru.
Berbeda dengan penikmat anime manga yang kebanyakan sadar kisahnya adalah fantasi. Kisah yang dibuat dengan tujuan menghibur. Ada yang menikmati kisah pemerkosaan. ada pula yang suka melihat MILF. Tentunya juga ada yang suka melihat gadis cilik sekedar bermain.
Harga Terlalu Mahal
Komik DC dan Marvel dengan tebal halaman antara 150~210 dijual pada kisaran USD 20. Sedangkan manga berada pada kisaran USD 9 untuk 200 halaman. Bila kalian melihat lebih murah, bisa jadi bekas atau halaman lebih tipis.
Penyebab komik Amerika mahal akibat dari halaman yang selalu berwarna. Tentunya ini menambah biaya untuk pewarnaan ilustrasi, biaya cetak dan kertas. Rupanya pembaca yang sudah menyentuh manga tidak terlalu mempersoalkan gambar hitam putih. Asal ceritanya menarik dan menghibur tak jadi soal meskipun hitam putih.
Toko buku Barnes & Noble dicuitkan menyediakan hingga 10 rak untuk menaruh berbagai manga. Sedangkan komik Amerika di beberapa cabang hanya memajang dua rak. Itu pun mereka kesulitan menghabiskan dua rak. Data tahun 2020, komik Amerika juga kesulitan menjual lebih dari 200.000 di tingkat domestik. Bandingkan dengan sejumlah judul manga ada yang mudah menembus 1 juta buku per volume.