[Review] SunSunSunrise: J-Pop Dengan Sentuhan Legendaris

Di tahun 2010 grup idol 9nine memulai debutnya di dunia anime lewat lagu Cross Over di anime Star Driver. Lagu ini menjadi awal dari kemunculan Satake Uki, Nishiwaki Sayaka, Yoshii Kanae, dan Murata Hirona dalam berbagai judul anime.

Tahun 2017 nampak menjadi tahun besar bagi 9nine, semua berkat anime The Reflection. Anime ini menjadi penanda debut seluruh anggota 9nine menjadi seiyuu menyusul Ukki yang lebih dulu meniti karir. Member 9nine yang mengaku sebagai seorang otaku itu mendapatkan peran kecil di beberapa anime, namun yang terbesar adalah di anime Space Dandy dimana ia berperan sebagai robot sidekick QT.

Bukan hanya itu saja, 9nine menyumbangkan penampilan lagu ending The Reflection, SunSunSunshine. Hal yang membuat lagu ini spesial adalah proses kreasi lagu ini yang menjadi sebuah milestone tersendiri bagi 9nine. Komposer soundtrack dari The Reflection, Trevor Horn, menjadi produser bagi 9nine di lagu ini.

Trevor Horn bukan nama sembarangan dalam industri musik dunia. Ia adalah salah satu anggota grup The Buggles, yang menorehkan legenda mereka sendiri. Mereka menciptakan lagu Video Killed The Radio Star, yang mana video klipnya menjadi video klip paling pertama yang diputar di MTV. Trevor yang juga menjadi cameo dalam anime The Reflection ini juga menjadi produser untuk berbagai artis pop populer 80-an dan dijuluki sebagai “Pria Yang Menemukan Era 80-an.”

Sebenarnya SunSunSunrise bukan kali pertama 9nine memiliki hubungan dengan Trevor Horn. Di single mereka sebelumnya Why Don’t You RELAX, Hyadain yang memproduseri mereka mengambil sample berat dari lagu RELAX karya Frankie Goes To Hollywood. Lagu ini diproduseri oleh Trevor, dan single 9nine tersebut direkam tanpa sepengetahuan Trevor. Saya tak mau menebak apa yang terjadi setelahnya, namun nasi sudah menjadi bubur dan mereka pun akhirnya berkolaborasi di SunSunSunrise.

Tapi sekarang adalah era 10-an, bisakah kombinasi antara 9nine dan Trevor Horn menorehkan sesuatu? Hal terburuk, SunSunSunshine mungkin hanya akan memuaskan mereka yang peduli saja, namun materi lagunya sendiri juga cukup solid. SunSunSunshine merupakan sebuah produksi yang matang dan mahal karena melibatkan produser lain seperti Simon Bloor dan Cameron Gower-Poole. Intro yang uplifting kemudian disambung dengan irama dance pop yang tak ragu menunjukkan hooknya. Masuk ke chorus, emosi semakin menguat di segala sisi, berpadu dengan harmonisasi vokal setiap member 9nine.

Oh ya. Animasi di lagu ending sangat sangat keren, menampilkan Ukki, Hiro, Sayaka dan Kanae menari di balik siluet dan transisi yang sangat smooth.

SunSunSunshine mengawali wujudnya sebagai Future Boyfriends, sebuah demo vokal berbahasa Inggris yang dinyanyikan oleh Paget Shand. Tak ada perbedaan kentara selain lirik berbahasa Inggris dan karakter vokalnya. Dengan perbedaan ini saya merasa Future Boyfriend terasa lebih oldies, mungkin karena suara Paget Shand yang terdengar lebih tua.

Kita tak bisa semata-mata membahas single SunSunSunshine tanpa membahas track lainnya. Dalam Yurutopia, 9nine kembali ke nafas electropop yang jadi warna utama mereka. Di sini kita bisa langsung membedakan nuansa musik pop barat dengan J-Pop, bahwa J-Pop tak akan terlepas dari elemen kawaii, yang mana hal itu sangat terlihat jelas di sini.

Di track terakhir Que Sera Selove, electro dan dance berpadu serasi sehingga menghasilkan sebuah musik dance pop yang matang. Rasa-rasanya yang satu ini punya materi yang oke untuk menandingi musik K-Pop yang dibekingi produser mahal dari luar negeri.

Yah walaupun 9nine sendiri merupakan grup idol alternatif dari skena musik J-Pop mainstream, mereka bisa bangga dengan single SunSunSunrise. Lagipula, tak banyak grup yang bisa diproduseri sosok yang sangat berpengaruh seperti Trevor Horn. Sekali lagi, itu merupakan sebuah prestasi tersendiri, terlepas dari sukses atau tidaknya single tersebut di tangga lagu Jepang.