Hatsune Miku Dan Revolusi Musik Doujin

31 Agustus 2007, Crypton Future Media merilis Hatsune Miku. Hatsune Miku adalah sebuah pustaka suara (voicebank) untuk Vocaloid, sebuah software yang dapat digunakan untuk mensintesiskan vokal nyanyian manusia; singkatnya, menciptakan suara orang bernyanyi tanpa rekaman sama sekali.

Hatsune Miku

Hatsune Miku saat rilis pertama kali (Pic: Newsoku)

Hatsune Miku didapuk sebagai produk pertama Crypton dalam seri “Character Vocal Series,” yang nantinya diperlebar dengan rilisnya voicebank lain seperti Kagamine Rin-Len serta Megurine Luka. Hatsune Miku menjadi produk Vocaloid2 pertama Crypton, yang merupakan pengembangan dari produk voicebank Vocaloid mereka sebelumnya, yakni Meiko dan Kaito.

Nama Hatsune Miku berarti “suara pertama dari masa depan, terdiri dari kanji 初 (hatsu, pertama), 音 (ne, suara), dan rangkaian katakana ミク (miku, masa depan). Di Indonesia, kepercayaan “nama adalah doa” masih melekat luas, dan nampaknya Crypton juga menaruh doa atau harapan saat memberi nama Miku.

Doa itu kini menjadi kenyataan. Hatsune Miku menjadi suara pertama yang membentuk masa depan karya-karya doujin – tak hanya di Jepang, namun seluruh dunia.

Konsep Jepang Yang Mendunia

Tahun 2016, tak pernah terbayangkan bagi saya untuk menonton langsung Hatsune Miku di Jakarta. Memang saya hanya ikut bayar tiket patungan dengan seorang teman waktu itu, namun pengalaman yang saya dapatkan sangatlah unik. Kapan lagi saya bisa membayar mahal untuk menonton sebuah program komputer yang bernyanyi di atas panggung dengan suara artifisial dan tubuh semu yang diproyeksikan pada sebuah layar transparan?

Fantastis.

MIKU-EXPOindonesia28051405

Konser Miku Expo 2016 di Jakarta (Pic: Crypton/SEGA/Jurnal Otaku)

Mungkin sekitar satu jam lebih saya merasakan semangat dari para penonton yang sangat menggebu-gebu, mengelu-elukan lirik lagu serta nama Miku tanpa henti. Home band yang tampil live di belakang Miku menambah keotentikan konser musik ini. Selama satu jam ke depan, anggapan membakar uang cuma untuk nonton hologram hilang sudah. Puncaknya adalah saat Miku menyanyikan lagu Venus di Ujung Jari. Mungkin satu-satunya musik vocaloid Indonesia yang dimainkan di konser resmi Hatsune Miku. Venus di Ujung Jari menjadi pinnacle dari musik Vocaloid asli Indonesia pada zamannya, one-hit wonder dari produser yang kini eksistensinya lenyap bak ditelan bumi.

Bagaimana jika Miku tak pernah datang ke Indonesia? Bukan masalah. Fans selalu bisa mencari cara agar sensasi yang sama bisa diakses lewat cara yang lebih terjangkau. Teman-teman Genshiken ITB misalnya, merupakan salah satu pelopor fan concert Hatsune Miku di Indonesia sejak tahun 2012. AMH Magz beruntung bisa meliput dua konser yang diadakan oleh Genshiken.

Hal ini bukan sesuatu yang terjadi eksklusif di Indonesia saja, namun di belahan dunia lain. Baik di Eropa hingga dua sisi Amerika, Vocaloid memiliki basis fans yang kuat, militan, dan juga produktif. Para fans inilah yang mengorbitkan Hatsune Miku ke seluruh dunia, hingga mendapatkan atensi dari khalayak mainstream. Popularitas Hatsune Miku tak bisa dihindari, hingga ia menjadi pembuka untuk tur Lady Gaga. Hatsune Miku tak bisa terelakkan hingga ia memiliki tim balap mobil sendiri yang sepenuhnya didanai oleh fans. Namanya sudah sangat mendunia hingga jejak identitasnya melesat ke luar angkasa!

miku-pharrell

Hatsune Miku dan Pharrell adalah hal teraneh yang pernah terjadi dalam sebuah lagu Vocaloid. Sila coba sendiri kalau tidak percaya. (Pic: Takashi Murakami/TOY’S FACTORY)

Rantai Kreativitas

Banyak hal yang dilakukan Hatsune Miku bersama para produser, hingga menjelaskan semuanya tak akan cukup hingga hari ini berakhir. Tapi, pertanyaannya tetap sama: Apa yang membuat Hatsune Miku populer? Lalu, apa hubungannya dengan para fans dan kreator?

Dalam e-magazine AMH Magz, sudah pernah diulas tentang konsep “rantai kreativitas” dalam skena karya doujin/indie. Konsep ini dicetuskan oleh Google dalam presentasi di ajang Cannes Lions tahun 2012. Google dan Hatsune Miku memiliki tujuan yang sama, yaitu menghubungkan kreator dengan para fans dan kreator lainnya, sehingga mewujudkan sebuah ekosistem kreatif dalam jagat internet. Satu karya bisa menjadi pemicu untuk karya baru dalam bentuk baru. Fan art, cover, fan fiction, dan masih banyak lagi karya yang bisa lahir dari bentuk interkonektivitas kolaboratif ini. Inilah yang disebut dengan “rantai kreativitas.”

Iklan Google Chrome berikut merupakan pengejawantahan visi dari slogan “Everyone, Creator.” Dengan Miku sebagai tokoh sentral dan livetune yang membuat lagu Tell Your World sebagai jingle, iklan ini juga menjadi bukti nyata dari “rantai kreativitas.” Tell Your World dimainkan di konser live Miku, memiliki banyak karya derivatif seperti dance cover, sog cover, artwork, dan lain-lain.

Google kemudian diganjar dengan penghargaan dalam Cannes Lion.

Masa Depan Dari Masa Depan

Ada banyak sekali hal yang berhasil diwujudkan oleh Hatsune Miku. Ia memang bukan sebuah mesias, karena pada akhirnya kodrat Miku hanyalah sebuah alat; sebuah fasilitas; investasi yang diupayakan oleh kreator untuk berkarya. Namun, Hatsune Miku membuka jalan yang sebelumnya sulit diakses oleh kreator jelata. Hatsune Miku menjadi pemicu dari membludaknya hasrat kreasi para insan kreatif, untuk terus berkarya demi hal yang mereka cintai. Hatsune Miku memberi kekuatan kepada kreator untuk menciptakan karya yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, dengan kualitas yang berada pada level yang lebih tinggi. “Rantai kreativitas” yang tidak berujung. Jikalau Hatsune Miku tidak ada, mungkin tak akan ada karya-karya populer lain yang berakar dari Hatsune Miku. Mungkin kita tidak akan bisa melihat Black*Rock Shooter sebagai salah satu franchise mix media yang bermula dari skena Vocaloid. Salah satu yang tersukses pula, jika kamu tahu seri ini pernah mendapatkan sentuhan tangan dingin Joe Hahn dari Linkin Park.

brs-ova

Black*Rock Shooter, salah satu serial ekspansif pertama dari dunia Vocaloid. (Pic: huke/B*RS Project)

Hatsune Miku memang menjadi nama yang pertama kali disebutkan jika membicarakan Vocaloid. After all, riset yang diadakan tahun 2012 oleh Nomura Research Institute memperkirakan hasil penjualan produk bertema Hatsune Miku bisa mencapai angka 10 miliar Yen! Namun, pengaruh dari Hatsune Miku tak hanya terbatas dalam dunia Vocaloid saja. Ia memang bukan yang pertama, namun Miku-lah yang mempopulerkan “rantai kreativitas,” dibantu pula dengan semakin terbukanya akses pada internet.

Saat ini ada puluhan jenis voicebank untuk Vocaloid, dengan berbagai karakter suara, penampilan, serta gimmick berbeda. Teknologi Vocaloid pun telah melesat hingga versi ke-4. Suara Vocaloid semakin halus dan menyerupai manusia (walaupun ini sebenarnya tergantung pada kemampuan si tuner suaranya sih). Walau tergerus perlahan lewat karakter Vocaloid lain serta tren karya yang semakin orisinil (tidak bergantung pada popularitas voicebank), Hatsune Miku masih reevan. Ia masih diperbaharui, dan ia masih menjadi yang paling populer.

10 tahun bukan waktu yang sebentar. Suara pertama masa depan berhasil bertahan dari derasnya aliran waktu. Di titik ini masihkah Miku mewakili suara dari masa depan? Sekali lagi, hanya waktu yang bisa menjawab.

Selamat ulang tahun, Hatsune Miku!

miku10thmain

(Pic: KEI/Crypton)

mcatrane

INFP-T, siang di Bandung malam di Tenggarong

Mungkin Anda juga menyukai